Ada peribahasa yang
mengatakan "ala bisa karena biasa". Mungkin kata-katanya terdengar
sedikit asing di telinga kita. Namun, arti peribahasa itu mengisyaratkan bahwa
segala sesuatu akan terasa mudah dilakukan kalau sudah terbiasa. Kata "terbiasa"
dapat diasosiasikan sebagai gambaran "kebiasaan". Dalam bahasa
Inggris, kata kebiasaan dikenal dengan istilah "habit". Maka,
kebiasaan yang sudah dilakukan berkali-kali akan menciptakan rutinitas yang
mudah dilakukan. Kemudahan ini diperoleh setelah melalui beberapa tahap yaitu
permulaan, proses, hingga mencapai kemahiran.
Setiap pekerjaan,
pada awalnya adalah sulit untuk dikerjakan. Penyebabnya hanyalah satu yaitu
tidak terbiasa. Sesuatu yang sudah pernah dilakukan akan terasa lebih mudah
diulangi lagi ketimbang dengan orang yang pertama kali melakukan suatu
pekerjaan. Nah, di sini, masalah pengalaman sangat menentukan. Seseorang yang
mengalami berarti pernah merasakan, melihat, atau barangkali melakukan
berkali-kali kesalahan hingga mencapai kesempurnaan.
Keinginan untuk
mencoba, lalu membuat penilaian adalah tindakan yang paling bijaksana. Banyak
orang mengeluh atau mundur sebelum melakukan suatu pekerjaan. Mereka menilai
bahwa pekerjaan itu sulit dilakukan, tidak ada gunanya, atau bahkan tidak
menghasilkan apa-apa. Penilaian pesimis seperti ini tidak akan pernah
memberikan pengalaman berarti karena tidak ada usaha untuk mengenali pekerjaan
tersebut. Namun, jika kita berani mencoba, merasakan, dan menilai sendiri
hasilnya, maka kita berhak menentukan apakah pekerjaan itu memberikan pelajaran
berharga atau tidak.
Saya punya
pengalaman seperti itu. Seringkali, murid-murid saya mengeluh terlebih dahulu
sebelum mencoba. Bahkan, ada yang sudah kalah sebelum bertempur. Mereka menilai
bahwa sesuatu pekerjaan yang diberikan oleh guru adalah mustahil dilakukan
dengan hasil yang sempurna. Hasilnya, mereka ogah-ogahan dan kurang maksimal
dalam mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya mudah dilakukan.
Beberapa minggu yang
lalu, saya memberikan proyek menulis cerita dengan pola deskripsi. Nah,
sebenarnya,untuk mengembangkan cerita dengan pola deskripsi memang tidak mudah.
Siswa perlu sabar, teliti, dan hati-hati dalam menentukan urutan logis setiap
pendeskripsian. Karena tujuan mendeskripsikan adalah memberikan penjelasan
sedetail mungkin, setiap siswa harus mampu membayangkan setiap objek, tempat,
suasana, dan kejadian yang akan mereka deskripsikan supaya pembaca juga bisa
merasakan dan membayangkan objek yang mereka gambarkan.
Pada awalnya,
beberapa siswa sangat sulit menentukan cerita yang akan mereka tuliskan.
Akhirnya, kita sepakat untuk merangsang perbendaharaan "horison
harapan" mereka. Beberapa kategori cerita sudah dijabarkan dengan khusus.
Ada empat kategori cerita yang akan disusun. Ada cerita petualangan, cinta,
aksi, dan horor. Siswa sendiri yang akhirnya memilih tema cerita mereka
masing-masing. Pada saat itu, ada beberapa siswa yang sempat bingung, mengeluh,
dan pesimis karena tidak mampu memenuhi kriteria penilaian yang saya maksudkan.
Padahal, kita sudah berlatih mendeskripsikan beberapa objek. Penilaiannya pun
hanya pada satu kriteria yaitu cara pendeskripsikannya yaitu urutan logisnya
dan objek yang harus dijelaskan. Semuanya sudah jelas sekali.
Harus saya akui
bahwa memang tidak semua siswa memiliki bakat menulis. Mereka perlu dibimbing
dan diarahkan. Inilah yang kemudian saya lakukan. Perlahan-lahan, saya bantu
mereka menemukan ide, lalu menjabarkan alur ceritanya, kemudian menentukan
objek yang akan digambarkan, hingga konflik dan akhir cerita yang seru. Hanya
dengan cara itu, mereka mulai menemukan keyakinan. Percaya atau tidak, sekali
mereka menemukan apa yang harus dituliskan, mereka tidak berhenti untuk
menulis. Hasilnya juga luar biasa. Ada empat buku (kumpulan cerpen) yang mereka
kumpulkan dalam bentuk buku kumpulan cerpen, lengkap dengan desainnya. Isinya
sangat bagus. Saya sampai terheran-heran dengan bahasa mereka yang sangat
puitis, romantis, dan sarat dengan seni sastra.
Berikut ini adalah karya-karya mereka. Mereka masih kelas 10, tapi
karyanya melebihi usia dan kelas mereka. Luar biasa!
So, apakah menulis
itu sulit? Sebenarnya hanya dibutuhkan "kemauan dan kebiasaan" saja.
Sederhana, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar