Pages

Senin, 19 September 2011

Siapa bilang "mereka" tidak bisa menulis?

Ada peribahasa yang mengatakan "ala bisa karena biasa". Mungkin kata-katanya terdengar sedikit asing di telinga kita. Namun, arti peribahasa itu mengisyaratkan bahwa segala sesuatu akan terasa mudah dilakukan kalau sudah terbiasa. Kata "terbiasa" dapat diasosiasikan sebagai gambaran "kebiasaan". Dalam bahasa Inggris, kata kebiasaan dikenal dengan istilah "habit". Maka, kebiasaan yang sudah dilakukan berkali-kali akan menciptakan rutinitas yang mudah dilakukan. Kemudahan ini diperoleh setelah melalui beberapa tahap yaitu permulaan, proses, hingga mencapai kemahiran.

Setiap pekerjaan, pada awalnya adalah sulit untuk dikerjakan. Penyebabnya hanyalah satu yaitu tidak terbiasa. Sesuatu yang sudah pernah dilakukan akan terasa lebih mudah diulangi lagi ketimbang dengan orang yang pertama kali melakukan suatu pekerjaan. Nah, di sini, masalah pengalaman sangat menentukan. Seseorang yang mengalami berarti pernah merasakan, melihat, atau barangkali melakukan berkali-kali kesalahan hingga mencapai kesempurnaan.

Keinginan untuk mencoba, lalu membuat penilaian adalah tindakan yang paling bijaksana. Banyak orang mengeluh atau mundur sebelum melakukan suatu pekerjaan. Mereka menilai bahwa pekerjaan itu sulit dilakukan, tidak ada gunanya, atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Penilaian pesimis seperti ini tidak akan pernah memberikan pengalaman berarti karena tidak ada usaha untuk mengenali pekerjaan tersebut. Namun, jika kita berani mencoba, merasakan, dan menilai sendiri hasilnya, maka kita berhak menentukan apakah pekerjaan itu memberikan pelajaran berharga atau tidak.

Saya punya pengalaman seperti itu. Seringkali, murid-murid saya mengeluh terlebih dahulu sebelum mencoba. Bahkan, ada yang sudah kalah sebelum bertempur. Mereka menilai bahwa sesuatu pekerjaan yang diberikan oleh guru adalah mustahil dilakukan dengan hasil yang sempurna. Hasilnya, mereka ogah-ogahan dan kurang maksimal dalam mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya mudah dilakukan.


Beberapa minggu yang lalu, saya memberikan proyek menulis cerita dengan pola deskripsi. Nah, sebenarnya,untuk mengembangkan cerita dengan pola deskripsi memang tidak mudah. Siswa perlu sabar, teliti, dan hati-hati dalam menentukan urutan logis setiap pendeskripsian. Karena tujuan mendeskripsikan adalah memberikan penjelasan sedetail mungkin, setiap siswa harus mampu membayangkan setiap objek, tempat, suasana, dan kejadian yang akan mereka deskripsikan supaya pembaca juga bisa merasakan dan membayangkan objek yang mereka gambarkan.

Pada awalnya, beberapa siswa sangat sulit menentukan cerita yang akan mereka tuliskan. Akhirnya, kita sepakat untuk merangsang perbendaharaan "horison harapan" mereka. Beberapa kategori cerita sudah dijabarkan dengan khusus. Ada empat kategori cerita yang akan disusun. Ada cerita petualangan, cinta, aksi, dan horor. Siswa sendiri yang akhirnya memilih tema cerita mereka masing-masing. Pada saat itu, ada beberapa siswa yang sempat bingung, mengeluh, dan pesimis karena tidak mampu memenuhi kriteria penilaian yang saya maksudkan. Padahal, kita sudah berlatih mendeskripsikan beberapa objek. Penilaiannya pun hanya pada satu kriteria yaitu cara pendeskripsikannya yaitu urutan logisnya dan objek yang harus dijelaskan. Semuanya sudah jelas sekali.

Harus saya akui bahwa memang tidak semua siswa memiliki bakat menulis. Mereka perlu dibimbing dan diarahkan. Inilah yang kemudian saya lakukan. Perlahan-lahan, saya bantu mereka menemukan ide, lalu menjabarkan alur ceritanya, kemudian menentukan objek yang akan digambarkan, hingga konflik dan akhir cerita yang seru. Hanya dengan cara itu, mereka mulai menemukan keyakinan. Percaya atau tidak, sekali mereka menemukan apa yang harus dituliskan, mereka tidak berhenti untuk menulis. Hasilnya juga luar biasa. Ada empat buku (kumpulan cerpen) yang mereka kumpulkan dalam bentuk buku kumpulan cerpen, lengkap dengan desainnya. Isinya sangat bagus. Saya sampai terheran-heran dengan bahasa mereka yang sangat puitis, romantis, dan sarat dengan seni sastra.  Berikut ini adalah karya-karya mereka. Mereka masih kelas 10, tapi karyanya melebihi usia dan kelas mereka. Luar biasa!

So, apakah menulis itu sulit? Sebenarnya hanya dibutuhkan "kemauan dan kebiasaan" saja. Sederhana, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar