Pages

Kamis, 09 Desember 2010

Bingkai Pudar

Perlahan bingkai cahaya itu memudar
Memaksa angin dan sunyi memeluknya,
Menggenggam rohnya dalam bilur-bilur keniscayaan
Tuk dibawa satu dalam pertemuan
Yang memang tak akan pernah ada

Awalnya memang sempurna,
Kita bersua dalam keindahan rupa dan warna
Kau satukan senyum dan rasa menjadi cinta
Biarkan sayang menjadi asa, seperti harapan
Menyembur dalam palung-palung kesucian
Tak akan pernah hilang
Meski tak ada aral melintang

Tapi, waktu memang tak jua bersendawa
Ia tawarkan keindahan dalam bingkai pudar
Tak kuat terbawa arus angin
Terlempar dalam badai semalam
Remukkan semua cinta yang tersisa
Dan hari ini, kita melayang, seolah tak mengenal
Berpaling tanpa kata, dan tangisan menutup segala kesedihan
Dan hati remuk kini tak berdaya
Sesalkan semua yang tlah terjadi.

Tak mungkin….
Tak mungkin…
Dan semua tak mungkin….

Kini yang mungkin hanya perpisahan
Selamanya kawan.
Ya, selamanya….

Rabu, 08 Desember 2010

Ciri Tulisan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, dan Argumentasi

1.CIRI-CIRI KARANGAN NARASI 
Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
Dirangkai dalam urutan waktu.
Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
Memiliki nilai estetika.
Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
1.) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
2.) Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

Langkah-langkah menulis karangan narasi
1.) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2.) Tetapkan sasaran pembaca kita.
3.) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
4.) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
5.) Rincian peristia-peristiwa uatama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
6.) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Jenis-jenis Karangan Narasi
a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.

b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

2.CIRI-CIRI KARANGAN DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Pola pengembangan paragraf deskripsi:
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Langkah menyusun deskripsi:
1.Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
2.Tentukan tujuan.
3.Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
4.Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan).
5.Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

3.CIRI-CIRI KARANGAN EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.

Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a. Memaparkan definisi (pengertian)
b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.

4.CIRI-CIRI KARANGAN ARGUMENTASI
Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri karangan argumentasi:
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.


CONTOH TULISAN NARASI
Contoh 1:
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahma, sang pengantin….
Contoh 2:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal.
Contoh 3:
Kemampuan apresiasi musik pada seorang anak dapat dibentuk melalui tiga cara. Pertama, secara alamiah seseorang dibiasakan mendengarkan karya musik. Kebiasaan itu dimulai sejak anak masih berupa janin dalam rahim ibunya. Persentuhan emosi sang ibu dengan berbagai irama yang didengarkan akan ikut dirasakan oleh janin. Besar kemungkinan akan terjadi respons motorik janin yang dirasakan oleh sang ibu. Kedua, sejak anak dilahirkan ia dibiasakan dengan berbagai irama musik yang mengiringnya pada saat menjelang tidur atau bermain. Alat pendengar anak menjadi peka menangkap berbagai irama dari instrumen musik yang didengarnya. Lambat-laun, seiring dengan pertumbuhan fisik dan kognisinya, musik akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak. Ketiga, apresiasi musik dikembangkan melalui pendidikan formal. Untuk itu, pendidikan musik diarahkan kepada pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan sikap kritis serta kreatif terhadap karya musik.

CONTOH TULISAN DESKRIPSI
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku. Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang disusun menurut khasiat obatnya. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk di bulan Mei yang panas ini.

CONTOH TULISAN EKSPOSISI
Contoh 1:
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
Contoh 2:
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melaluin latihan atau belajar sungguh-sungguh.

CONTOH TULISAN ARGUMENTASI
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.

Senin, 06 Desember 2010

Berlalu...

*untuk sahabat kecilku, yang dulu pernah kukenal dan kusayangi

Jalan-jalan yang kulalui, masih sama seperti kemarin
Langit yang kupandangi hari ini, masih sama seperti kemarin
Angin yang berhembus mengelus tubuhku, masih mendesir seperti kemarin
Dan sepi yang kulalui sepanjang hari ini, masih sama seperti kemarin, bisu.

Tapi,
Detak jantung ini kini berbeda, tak sama seperti kemarin
Darah yang mengalir di tubuh ini, kini tak lagi bernyawa
Semuanya sudah berbeda
Sepi itu makin menggila, bisu itu makin meraja
Ku tak merasakan denyutmu lagi dalam dadaku
Ku tak dengar lagi suaramu terngiang dalam pikiranku
Ku tak temukan lagi wajahmu
Ku tak temukan lagi,
Tak kutemukan lagi,

Perih, saat air matamu mengalir
Perlahan di setiap ujung-ujung keindahanmu
Menetes, mengalir,
Seolah menusuk hatiku bertubi-tubi
Kau diam saja tanpa kata
Saat terakhir kau katakan kau tak lagi mengenalku

Aku memang terlalu berlebihan
Menggadaikan sayangku dengan percuma
Tuk kau tolak dengan sengaja
Dan kuakui ku salah mengartikannya

Selamat tinggal sahabatku,
Ku tak akan mengingatmu lagi
Dalam gambar, rupa, maupun tawa
Kau telah lenyap dalam bayangan semu
Yang tak mau lagi kujamah

Selamat tinggal selamanya. 

Batch 15

Bacth 15, Widya Mandala 2010 with Prof. Sadtono

Kata Ibuku, semua rupa berasal dari kata
Terjalin dalam ukiran wujud huruf-huruf imaji

Kata Ayahku, semua kisah berasal dari bahasa
Terangkai dalam keindahan tutur dan perangai

Kataku, sahabat datang dari pelangi
Terhias dalam perbedaan rupa dan bahasa
Menyatu dalam satu  atap langit
Membentang indah dalam bias cahaya Tuhan

Setelah hujan, membumbung tinggi
Hadirkan panorama kesejukan, cerah berwarna dalam satu bingkai lukisan
Lukisan tentang aku, kau, dan sahabatku

Rumah baruku kini tersebut dalam angkatan 15
Dua puluh tiga insan penghuninya,  empat adam di antara hawa
Semuanya asing, tawarkan aroma keindahan yang bernama persahabatan

Namun, satu jejak langkah telah hilang terbawa angin
Sisakan satu kesedihan, sebuah perpisahan yang tak pernah ditawarkan
Oleh kebahagiaan yang harus merundung duka
Namun apa daya, nasib tak selalu bisa digenggam
Kita relakan waktu dan jarak membawa kita berkubang dalam kenangan
Tentang Sisil, perempuan yang selalu eksotis di dunianya
Dengan perangainya yang selalu membuat sebuah perbedaan menjadi indah

Kini, keluarga ini masih mendayung perahunya
Melewati semua bahasa dari setiap guru
Mematuhi perintah dan bahasanya yang tak selalu bisa dimengerti
Dan setiap kali kita kembali ke peraduan kita, kawan
Selalu ada beban di pundak yang masih menggunung
Kepala yang penuh dengan bimbang
Peluh yang tak kunjung berhenti di setiap malam
Dan lelah yang tak mau berhenti menyerang

Ah…meski hujan dan badai menjelma menjadi lawan
Kita selalu hadirkan tawa dan ceria
Membuncah saat kepenatan dan jenuh seolah tak berkawan dengan waktu
Bayangkan kawan, tiga jam tanpa kreasi
Menatap layar putih yang penuh dengan tulisan hitam
Sama sekali tak bermakna, hanya siarkan bimbang dan jenuh
Dan kantuk menjadi malaikat penabur tidur
Yang menunggu mata terkatup dan akhirnya tertutup….

Namun, ada satu malaikat di keluarga ini
Tak pernah berhenti memberi sabda
Sebarkan peneguhan dan kata-kata bijak
Setiap kali kita jatuh dan terpuruk oleh beban di pundak

Ahh….terkadang kabut tebal di depan sana sudah siap menunggu
Senyumnya sinis dan pahit
Tubuhnya menjulang tinggi, menghadang laju perjalanan kita
Mempertanyakan kekuatan kita.

Akankah kita sanggup bertahan melampaui petir, gelombang, dan badai angin itu?
Mungkinkah kita sanggup mengalahkan keangkuhannya, meruntuhkan iman keegoisannya?

Jawab kawan!
Mungkinkah?

Minggu, 05 Desember 2010

UAS, Siswa Mengerang, Tapi Akhirnya Menang!

Surabaya-(5/12) Selama hampir dua minggu, ujian akhir semester (UAS) di Sekolah Cita Hati dilaksanakan. Sejak tanggal 22 November hingga 4 Desember 2010 lalu, seluruh siswa kelas 7-12 wajib mengikuti UAS. Selama dua minggu itu pula, hampir semua siswa menggerutu alias mengeluh karena harus mendekam di rumah, belajar sungguh-sungguh sampai larut malam. Bahkan, ada banyak siswa yang harus menerapkan sistem SKS, disebut dengan sistem kebut semalam, untuk menghafalkan sejumlah rumus dan informasi yang jumlahnya menumpuk, menggunung, dan bahkan memusingkan kepala.

Tak ayal, UAS ini cukup membuat pusing para siswa, khususnya siswa yang tidak terbiasa belajar. Hahah…mereka pasti paling banyak menggerutu dan mengeluh. Keluhannya bermacam-macam. Ada yang keberatan dengan adanya UAS yang baru diterapkan tahun ini setelah beberapa tahun belakang dihentikan. Ada juga yang melontarkan komentar sinis, betul-betul menolak dan keberatan dengan UAS. Namun, dari sejumlah komentar miring itu, ada juga komentar positif yang muncul dari siswa dan orangtuanya. Mereka senang karena dengan adanya UAS, siswa harus melatih tanggung jawab.

Mungkin, penerapan UAS di tahun ini sedikit memberatkan siswa karena betul-betul kaget untuk mempersiapkan diri. Di tahun-tahun sebelumnya, hampir tidak pernah diadakan UAS. Paling banter hanya berupa ulangan harian. Namun, tahun ini, UAS berhasil membuat para siswa kaget dan pusing tujuh keliling.
Sejak UAS diadakan, ada pemandangan baru di sekolah. Tidak biasanya bila siswa Cita Hati harus datang pagi-pagi dan menenteng buku di tangan, duduk di koridor, menggumam, sibuk membaca dan mengulangi materi yang sudah dipelajari. Biasanya, koridor tak pernah sepi dari canda tawa dan hingar bingar siswa yang berseloroh dan bersenda gurau. Namun, dalam dua minggu kemarin, suasana sepi tampak mendominasi suasana pagi itu. Tak sedikit yang langsung siap menunggu di depan ruang ujian masing-masing. Ada yang duduk bersila sambil membuka buku, membaca, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada pula beberapa yang saling bertanya dan membantu untuk saling belajar. Meski terlihat lucu, tampak ekspresi raut wajahnya mereka yang serius, alis mata yang mengeriput, dan bola mata tampak fokus pada hafalan. Di sisi lain, ada juga siswa yang sambil cengingiran, tertawa, dan tampak kesal karena tidak berhasil menghafalkan. Ada juga yang mengaku tidak belajar karena tidak memahami sama sekali materi yang sudah diajarkan. Setelah tiba waktunya ujian, hanya hening dan sepi yang seolah menjelma menjadi kawan.
Tak lama kemudian, setelah satu jam berselang, beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan ujian diperbolehkan keluar ruangan. Beberapa tampak senang karena soalnya cukup mudah. Namun, tidak banyak yang keluar menggerutu karena tidak sanggup mengerjakan soal yang diujikan.

Nah, itu momen-momen saat UAS diadakan. Setelah UAS selesai, seluruh siswa tampaknya seolah berpesta, merayakan penderitaan selama UAS. Banyak yang langsung pulang atau jalan-jalan ke mall. Namun, tak sedikit yang tetap harus les sesuai dengan jadwal yang sudah berlangsung seperti biasa.

Setelah UAS diadakan, apa yang ada di benak siswa? Ya, tidak salah lagi. LIBUR! Benarkah demikian? Hmmm….ternyata salah besar! Pada kenyataannya, pelajaran dilanjutkan seperti biasanya. Guru-guru tetap melanjutkan pelajaran semester dua. Penderitaan setelah UAS ternyata tak berhenti sampai di situ. Bahkan menjelang natal, siswa terpaksa harus tetap belajar sampai akhir tahun tiba.
Komentar yang paling banyak terdengar datang dari siswa SMA keals 12 dan siswa SMP kelas 9. Mereka adalah siswa-siswa yang langsung berkutat dengan drill dan bimbel UNAS. Bahkan, sebelum liburan, mereka diwajibkan untuk melakukan try out UNAS. Try out ini sekaligus menjadi tolak ukur kemampuan siswa dalam penentuan kelas-kelas bimbel yang sudah dimulai langsung setelah UAS selesai.

Benarkah penderitaan siswa telah berakhir sampai di situ? Ternyata tidak. Siswa yang lain juga harus belajar. Meski liburan masih jauh, beberapa siswa dan guru tetap antusias. Nah, hal ini yang perlu dipelajari. Memang, menjadi siswa atau pelajar itu tidak boleh berhenti belajar, bukan?

Nah, ini ada beberapa tips untuk mengubah persepsi tentang UAS dan bagaimana cara menghindari malas menjelang liburan atau setelah UAS berakhir.
  1. Dare to be different. Kalau di sekolah lain selalu membudayakan liburan atau refreshing setelah ujian, sebaiknya budaya itu jangan ditiru karena akan menciptakan kebiasaan malas dan tidak konsisten dalam belajar. Kebiasaan seperti itu akan menjelma menjadi stigma buruk bagi pendidikan kita. Seharusnya, setelah ujian berakhir, siswa justru mengevaluasi hasil belajar dengan cara membahas soal ujian dan mempersiapkan diri untuk pelajaran berikutnya, khususnya kepada siswa kelas 9 dan 12 yang sebentar lagi akan menghadapi UNAS.
  2. Biasakan menjadi pintar. Orang pintar tak pernah berhenti belajar, bahkan sampai kapan pun. Orang-orang pintar selalu go extra miles, tak pernah berhenti berusaha yaitu belajar. Paradigma refreshing dan libur setelah ujian tak pantas dijadikan contoh karena akan menghalangi kita untuk menjadi pintar. Ujian hanyalah proses menuju kesuksesan, bukan penghambat kesuksesan. Akhir dari belajar tidak ditentukan oleh ujian, namun kemauan untuk terus belajar.
  3. Nikmati pelajaran seperti biasa. Setelah ujian berakhir, seharusnya kita senang karena suasana ujian tidak akan kita temukan lagi di dalam kelas. Suasana tegang, sepi, hening, dan membosankan tak akan terasa lagi, bukan? Ciptakan suasana yang menyenangkan di kelas seperti yang biasa terjadi.
  4. Setelah ujian berakhir, ada saat-saat yang menyenangkan yang paling ditunggu-tunggu yaitu saat-saat penerimaan rapor. Nah, di saat ini, kita akan merasakan jantung kita berdebar menunggu hasilnya. Kalau hasilnya baik, pasti akan banyak hadiah menunggu dari orangtua. Sebaliknya, amarah dan makian akan menghujani hari-hari kita kalau kita tidak sukses membuktikan kemampuan kita selama belajar di sekolah. Bukankah hal ini sangat menegangkan dan paling seru ditunggu-tunggu? Ya, pasti.
  5. Ingat, liburan tak selalu menyenangkan. Bahkan, liburan biasanya membosankan karena tidak bisa bertemu dengan teman-teman. Yang dilakukan hanya itu-itu saja. Makanya, liburan tak selalu menjadi solusi untuk mengusir penderitaan kita. Betul, kan?

Nah, bagi kalian yang masih menderita oleh ujian, ayo ubah pandangan kita. Mari nikmati ujian sebagai sebuah tantangan yang harus dilalui, bukan untuk dihindari, apalagi dimaki-maki. Seharusnya kita senang karena tanpa derita tak akan pernah ada kebahagiaan. Dalam hidup ini, kita tak selamanya menemukan kebahagiaan dengan mudah. Kadang-kadang, kita harus menempuh jalan yang sulit dan kehidupan yang pahit untuk menemukan kebahagian. Di saat itulah kita akan akan menyadari bahwa hidup itu merupakan tantangan yang tak akan berakhir. Oleh karena itu, kita harus bersyukur bila sejak dini, saat masih siswa, kita sudah berhasil mengatasi masalah kita sendiri dan berhasil menjadi mandiri, tegar, dan kuat (*Bel)