Pages

Minggu, 05 Desember 2010

UAS, Siswa Mengerang, Tapi Akhirnya Menang!

Surabaya-(5/12) Selama hampir dua minggu, ujian akhir semester (UAS) di Sekolah Cita Hati dilaksanakan. Sejak tanggal 22 November hingga 4 Desember 2010 lalu, seluruh siswa kelas 7-12 wajib mengikuti UAS. Selama dua minggu itu pula, hampir semua siswa menggerutu alias mengeluh karena harus mendekam di rumah, belajar sungguh-sungguh sampai larut malam. Bahkan, ada banyak siswa yang harus menerapkan sistem SKS, disebut dengan sistem kebut semalam, untuk menghafalkan sejumlah rumus dan informasi yang jumlahnya menumpuk, menggunung, dan bahkan memusingkan kepala.

Tak ayal, UAS ini cukup membuat pusing para siswa, khususnya siswa yang tidak terbiasa belajar. Hahah…mereka pasti paling banyak menggerutu dan mengeluh. Keluhannya bermacam-macam. Ada yang keberatan dengan adanya UAS yang baru diterapkan tahun ini setelah beberapa tahun belakang dihentikan. Ada juga yang melontarkan komentar sinis, betul-betul menolak dan keberatan dengan UAS. Namun, dari sejumlah komentar miring itu, ada juga komentar positif yang muncul dari siswa dan orangtuanya. Mereka senang karena dengan adanya UAS, siswa harus melatih tanggung jawab.

Mungkin, penerapan UAS di tahun ini sedikit memberatkan siswa karena betul-betul kaget untuk mempersiapkan diri. Di tahun-tahun sebelumnya, hampir tidak pernah diadakan UAS. Paling banter hanya berupa ulangan harian. Namun, tahun ini, UAS berhasil membuat para siswa kaget dan pusing tujuh keliling.
Sejak UAS diadakan, ada pemandangan baru di sekolah. Tidak biasanya bila siswa Cita Hati harus datang pagi-pagi dan menenteng buku di tangan, duduk di koridor, menggumam, sibuk membaca dan mengulangi materi yang sudah dipelajari. Biasanya, koridor tak pernah sepi dari canda tawa dan hingar bingar siswa yang berseloroh dan bersenda gurau. Namun, dalam dua minggu kemarin, suasana sepi tampak mendominasi suasana pagi itu. Tak sedikit yang langsung siap menunggu di depan ruang ujian masing-masing. Ada yang duduk bersila sambil membuka buku, membaca, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada pula beberapa yang saling bertanya dan membantu untuk saling belajar. Meski terlihat lucu, tampak ekspresi raut wajahnya mereka yang serius, alis mata yang mengeriput, dan bola mata tampak fokus pada hafalan. Di sisi lain, ada juga siswa yang sambil cengingiran, tertawa, dan tampak kesal karena tidak berhasil menghafalkan. Ada juga yang mengaku tidak belajar karena tidak memahami sama sekali materi yang sudah diajarkan. Setelah tiba waktunya ujian, hanya hening dan sepi yang seolah menjelma menjadi kawan.
Tak lama kemudian, setelah satu jam berselang, beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan ujian diperbolehkan keluar ruangan. Beberapa tampak senang karena soalnya cukup mudah. Namun, tidak banyak yang keluar menggerutu karena tidak sanggup mengerjakan soal yang diujikan.

Nah, itu momen-momen saat UAS diadakan. Setelah UAS selesai, seluruh siswa tampaknya seolah berpesta, merayakan penderitaan selama UAS. Banyak yang langsung pulang atau jalan-jalan ke mall. Namun, tak sedikit yang tetap harus les sesuai dengan jadwal yang sudah berlangsung seperti biasa.

Setelah UAS diadakan, apa yang ada di benak siswa? Ya, tidak salah lagi. LIBUR! Benarkah demikian? Hmmm….ternyata salah besar! Pada kenyataannya, pelajaran dilanjutkan seperti biasanya. Guru-guru tetap melanjutkan pelajaran semester dua. Penderitaan setelah UAS ternyata tak berhenti sampai di situ. Bahkan menjelang natal, siswa terpaksa harus tetap belajar sampai akhir tahun tiba.
Komentar yang paling banyak terdengar datang dari siswa SMA keals 12 dan siswa SMP kelas 9. Mereka adalah siswa-siswa yang langsung berkutat dengan drill dan bimbel UNAS. Bahkan, sebelum liburan, mereka diwajibkan untuk melakukan try out UNAS. Try out ini sekaligus menjadi tolak ukur kemampuan siswa dalam penentuan kelas-kelas bimbel yang sudah dimulai langsung setelah UAS selesai.

Benarkah penderitaan siswa telah berakhir sampai di situ? Ternyata tidak. Siswa yang lain juga harus belajar. Meski liburan masih jauh, beberapa siswa dan guru tetap antusias. Nah, hal ini yang perlu dipelajari. Memang, menjadi siswa atau pelajar itu tidak boleh berhenti belajar, bukan?

Nah, ini ada beberapa tips untuk mengubah persepsi tentang UAS dan bagaimana cara menghindari malas menjelang liburan atau setelah UAS berakhir.
  1. Dare to be different. Kalau di sekolah lain selalu membudayakan liburan atau refreshing setelah ujian, sebaiknya budaya itu jangan ditiru karena akan menciptakan kebiasaan malas dan tidak konsisten dalam belajar. Kebiasaan seperti itu akan menjelma menjadi stigma buruk bagi pendidikan kita. Seharusnya, setelah ujian berakhir, siswa justru mengevaluasi hasil belajar dengan cara membahas soal ujian dan mempersiapkan diri untuk pelajaran berikutnya, khususnya kepada siswa kelas 9 dan 12 yang sebentar lagi akan menghadapi UNAS.
  2. Biasakan menjadi pintar. Orang pintar tak pernah berhenti belajar, bahkan sampai kapan pun. Orang-orang pintar selalu go extra miles, tak pernah berhenti berusaha yaitu belajar. Paradigma refreshing dan libur setelah ujian tak pantas dijadikan contoh karena akan menghalangi kita untuk menjadi pintar. Ujian hanyalah proses menuju kesuksesan, bukan penghambat kesuksesan. Akhir dari belajar tidak ditentukan oleh ujian, namun kemauan untuk terus belajar.
  3. Nikmati pelajaran seperti biasa. Setelah ujian berakhir, seharusnya kita senang karena suasana ujian tidak akan kita temukan lagi di dalam kelas. Suasana tegang, sepi, hening, dan membosankan tak akan terasa lagi, bukan? Ciptakan suasana yang menyenangkan di kelas seperti yang biasa terjadi.
  4. Setelah ujian berakhir, ada saat-saat yang menyenangkan yang paling ditunggu-tunggu yaitu saat-saat penerimaan rapor. Nah, di saat ini, kita akan merasakan jantung kita berdebar menunggu hasilnya. Kalau hasilnya baik, pasti akan banyak hadiah menunggu dari orangtua. Sebaliknya, amarah dan makian akan menghujani hari-hari kita kalau kita tidak sukses membuktikan kemampuan kita selama belajar di sekolah. Bukankah hal ini sangat menegangkan dan paling seru ditunggu-tunggu? Ya, pasti.
  5. Ingat, liburan tak selalu menyenangkan. Bahkan, liburan biasanya membosankan karena tidak bisa bertemu dengan teman-teman. Yang dilakukan hanya itu-itu saja. Makanya, liburan tak selalu menjadi solusi untuk mengusir penderitaan kita. Betul, kan?

Nah, bagi kalian yang masih menderita oleh ujian, ayo ubah pandangan kita. Mari nikmati ujian sebagai sebuah tantangan yang harus dilalui, bukan untuk dihindari, apalagi dimaki-maki. Seharusnya kita senang karena tanpa derita tak akan pernah ada kebahagiaan. Dalam hidup ini, kita tak selamanya menemukan kebahagiaan dengan mudah. Kadang-kadang, kita harus menempuh jalan yang sulit dan kehidupan yang pahit untuk menemukan kebahagian. Di saat itulah kita akan akan menyadari bahwa hidup itu merupakan tantangan yang tak akan berakhir. Oleh karena itu, kita harus bersyukur bila sejak dini, saat masih siswa, kita sudah berhasil mengatasi masalah kita sendiri dan berhasil menjadi mandiri, tegar, dan kuat (*Bel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar