Tak terasa waktu berlalu begitu cepat
terbang melayang melampui masa
seperti janjiku padamu kemuning...
Sinar yang terpancar dari balik pegunungan itu
membawa alunan senja yang membahana
kabarkan suka dan dukaku pada mega kelabu
yang tersipu malu pada temaram yang membenamkan diri
ku tak pernah berharap bisa menemukanmu kemuning
meski di gubuk senja itu kau selalu tampakkan wajah
walau aku tahu, kau masih saja bersembunyi dengan keraguanmu
tentang adanya cinta yang kusembunyikan darimu
sungguh nian aku tak pernah menaruh asa pada bilur keajaibanmu
menyihirku dengan satu tatapan mata, sekulum senyum, dan seberkas sinar di wajahmu
kutak pernah bermimpi kalahkan surya
meskipun langit selalu merona dan membakar tubuhku
aku tahu kau di situ kemuning,
malu tampakkan raut mukamu yang memerah
seperti buah berry tatkala mentari membakarnya
Kau mengintip-intip kehadiranku
dan berlari setelah aku diam di sana
Kemuning...kemuning,
sungguhkah aku ada di gubuk senja itu?
menanti kata dan rupa yang selalu kupuja
serahkan asa yang selalu berasa
seperti alunan musik yang membahana di angkasa
kau jeritkan kebisuanmu pada dinding keras yang tak menjawab
sapaanmu
hanya sekuntum bunga di antara duri
Kemuning di gubuk senja,
akankah aku ada di sana menungguku?