Pages

Sabtu, 15 Juni 2019

Rindu Empat Musim
Oleh Belfin Paian Siahaan

Empat musim berlari perlahan
Selalu kau menunggu di muka pintu usai maghrib
Berharap ia datang memanggil, sayup sayup dari mulut gang itu
Empat musim berlalu…
Kau selalu simpan rindumu pada dinding rumah
Pada kasur tua yang sudah usang
Dan pada makanan yang selalu sisa
Menjadi basi dan terbuang
Tak ada hari raya selama empat musim itu.
Hanya tradisi yang kian pudar.
Sepi merundung
Dan malam itu terlewatkan tanpa tawa dan senyum

Dua musim yang lalu,
Bahasamu lembut meminta
“Pulangkah kau, Nak?”
Enggan hatimu memaksa. Kau tak ingin tampak memohon
Kau simpan rindumu di balik bahasamu
Enggan kau sampaikan niatmu tuk rindu bertemu

Empat musim sudah berlalu,
Asamu tak lagi sama seperti dulu
Kuasamu tak lagi kuat seperti dulu
Kau hanya seorang Bapa yang lemah mengalunkan nada-nada rindu
Kau simpan rindumu lagi pada doa yang teriring syahdu
Berharap Tuhan memberimu nafas tuk bersabar pada rindu
Satu musim lagi saja, Tuhan!
Izinkan aku menunggu di muka pintu
Tuk menunggu anakku pulang ke pelukanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar